Hanny Kristianto, atau sering disebut ‘Koh Hanny’, memang keturunan Cina yang dilahirkan dari keluarga Kristen. Namun, kini Koh Hanny, dikenal sebagai muallaf yang ruh Jihadnya membara untuk memperjuangkan Islam di bumi nusantara ini.
Pakaiannya sederhana, tidak glamor dan tidak pula mentereng seperti anak motor. Hanya sebuah kemeja dan celana jins sederhana yang biasa dipakainya. Wajahnya teduh, kadang ucapannya yang penuh semangat tidak bisa diwakili oleh raut wajahnya.
Koh Hanny menceritakan tentang masa lalunya sebagai seorang salibis yang memiliki ribuan pengikut, karena ia adalah mantan penginjil dengan massa yang banyak. Koh Hanny bercerita bahwa dirinya sudah banyak mengkristenkan orang Islam. Masa lalunya sebagai seorang kafir membuatnya tiada henti menyesali dirinya.
“Saya kadang merasa kesal sendiri dengan orang ini, dia adalah si kafir yang sedang berbicara di depan jamaah gerejanya,” sesalnya seraya menunjuk ke video dirinya yang sedang berceramah di gereja beberapa tahun silam, sebagaimana dikutip Salam-Online.
Koh Hanny pada Selasa (4/8) sore tampil sebagai nara sumber dalam diskusi berkala yang diselenggarakan di Gedung Gatra, Kalibata, Jakarta Selatan. Hidayah Allah datang menyapa yang akhirnya memasukkan Koh Hanny ke dalam pangkuan Islam pada 28 Februari 2015. Koh Hanny mengakui betapa menyesal dirinya telah menjadi misionaris yang bahkan telah memurtadkan banyak orang.
Menurutnya, jalan terbaik untuk menebus semua kesalahan itu adalah berdakwah dan mengajak kembali para murtadin untuk kembali ke hidayah Allah. Ini memang tidak mudah. Namun, dari penuturannya, dia merasa tidak ada jalan yang bisa mengobati masa lalunya kecuali berdakwah di jalan Allah.
Kembali Koh Hanny menceritakan tentang dirinya. Dia adalah pendiri lembaga penginjil Life and Care Ministry. Life And Care Ministry adalah sebuah lembaga yang bekerja mendoktrin orang-orang Islam untuk masuk ke dalam ajaran Kristen.
Kegiatan yang diadakan lembaga misionaris itu sangat banyak. Di antara kegiatan yang sering diadakan Life and Care Ministry adalah membagi beras, memberikan uang, memberikan bimbingan belajar untuk anak-anak dan memberikan sumbangan.
“Kita sering mengadakan acara sosial mengatasnamakan lembaga ini. Di antaranya membagi beras, memberikan uang, les anak-anak mereka dan memberikan sumbangan. Bahkan kita pernah mengumpulkan anak anak jalanan untuk kita beri makan dan mensejahterakan mereka,” ujar pria bermata sipit ini memperlihatkan foto kegiatan Kristenisasi di masa lalunya.
Dulu sebagai misionaris, kehidupannya dipenuhi kesombongan. Titel sebagai penginjil dengan ribuan jamaah menjadi kebanggaan tersendiri. Uang yang melimpah, harapan yang terkabul, dan usaha yang maju menjadi hiasan dirinya sebagai seorang pemurtad yang terlihat seakan bahagia. Namun, menurutnya, itu tidak ada artinya.
Kehidupan yang dipenuhi kemewahan dunia sudah tidak artinya. Sebagai seorang muallaf, ia menilai apa yang dia lakukan dahulu adalah kesia-siaan.
“Apa artinya beramal banyak, betapapun banyak melakukan amalan, ia tidak ada artinya di sisi Allah. Ia hanya seperti pasir yang tertiup angin,” ungkapnya menyesali masa lalunya.
“Namun saya bersyukur kepada Allah atas nikmat Islam ini. Ketika saya masuk Islam Allah selalu memberikan petunjuk kebenaran Islam. Dengan Islam saya merasa tenang,” lanjutnya.
Banyak sekali ujian yang dia hadapi. Tentu sebagai seorang muallaf yang seluruh keluarganya Kristen, pertentangan keluarga adalah masalah yang harus dihadapi. Di antara ujian tersebut, Koh Hanny semakin tahu bahwa Allah itu sangat menyayangi hamba-Nya. Ia menginginkan hamba-Nya mendapatkan ganjaran di akhirat dengan ganjaran yang besar.
“Saya yakin Allah tidak ingin berhutang kepada orang kafir, karenanya Allah berikan mereka apa yang mereka butuh di dunia. Namun, bagi seorang Muslim, Allah janjikan ganjaran yang besar di hari kiamat hingga ketika hari itu datang, orang kafir tidak memiliki apa-apa sedangkan sebagai seorang Muslim kita memiliki apa yang dijanjikan Allah. Saya yakin itu,” tandasnya.
Adzan Maghrib sudah terdengar. Pertemuan bersama Koh Hanny pun terasa berjalan cepat. Setelah banyak hal yang ia sampaikan, akhirnya ia mengungkapkan satu hal yang membuat hati ini bergetar. Sebuah ungkapan yang ia dengar dari muallaf lain dan membuatnya menjadi seorang Muslim sejati dan terus bersemangat dalam dakwah.
“Seorang Muslim akan hidup untuk mendapatkan keridhoan Allah, bukan yang lain. Karena, dengan keridhoan dan cinta-Nya, maka itu sudah cukup,” ujarnya mengutip muallaf tersebut.
Sumber : Salam-Online